Kabupaten Cilacap – Tim dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Provinsi Jawa Tengah melaksanakan kunjungan kerja ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah untuk meninjau dan mendampingi Implementasi Kurikulum Merdeka yang tengah berjalan di sekolah-sekolah Kabupaten Boyolali pada Selasa (19/7) lalu. Dalam kesempatan ini pula, BBGP Provinsi Jawa Tengah mengunjungi satuan pendidikan pelaksana kurikulum Merdeka maupun Sekolah Penggerak di Boyolali, yaitu SDN 08 Boyolali dan SMPN 05 Boyolali.
Kunjungan diawali ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali untuk berdiskusi mengenai pelaksanaan Implementasi Kurikulum Merdeka yang saat ini baru berjalan di Kabupaten Boyolali. Pelaksaan Implementasi Kurikulum Merdeka jalur mandiri di wilayah tersebut secara garis besar masih berada di tahap awal. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Boyolali, Darmanto, S.Pd., M.M., mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka. Salah satu bentuk dukungan Pemerintah Kabupaten Boyolali adalah dengan mengadakan pelatihan kepada guru-guru di semua jenjang satuan pendidikan Kabupaten Boyolali. Harapannya, guru-guru selalu belajar dan mengasah diri untuk pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
Kunjungan selanjutnya adalah ke SDN 08 Boyolali untuk berdiskusi lebih mendalam mengenai Implementasi Kurikulum Merdeka yang tengah berjalan di sekolah tersebut. Diskusi berjalan dengan konstruktif dimana tim BBGP Provinsi Jawa Tengah memberikan saran dan masukan atas kendala-kendala yang dihadapi guru-guru dalam melaksanakan Implementasi Kurikulum Merdeka. Diskusi meliputi Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan (KOSP), Tujuan Pembelajaran, dan Modul Ajar. Sebagai Sekolah Penggerak, SDN 08 Boyolali didorong untuk berani dalam menyusun modul ajar, bukan hanya sekedar mengadaptasi ataupun mengadopsi yang sudah ada.
Kepala Sekolah SDN 08 Boyolali, Nanik Sulistyawati, S.Pd., menuturkan bahwa dibalik kendala-kendala yang dihadapi, terdapat umpan balik positif yang diberikan oleh murid-murid SDN 08 Boyolali karena mereka lebih leluasa dalam belajar. Selain itu, Kurikulum Merdeka memberikan ruang kepada peserta didik karena pembelajarannya disesuaikan dengan karakteristik siswa.
Mendukung pernyataan tersebut, Zolandha Riana Saputri selaku guru di sekolah tersebut menyebutkan bahwa Kurikulum Merdeka merupakan salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pemulihan pembelajaran akibat dampak Covid-19. Hal ini dikarenakan pada setiap pembelajaran menjadi lebih sederhana mendalam relevan dan interaktif sehingga beliau meyakini bahwa Kurikulum Merdeka dapat bertransformasi membuat pendidikan di Indonesia lebih baik lagi.
Lanjut ke satuan pendidikan lainnya, yaitu SMPN 5 Boyolali. Diskusi diawali dengan topik Asesmen Awal Pembelajaran yang mengacu pada Panduan Pembelajaran. Terdapat dua metode dalam asesmen yaitu Asesmen Formatif dan Asesmen Sumatif. Asesmen awal termasuk ke dalam Asesmen Formatif dan asesmen ini merupakan pembelajaran yang sangat penting karena merupakan titik awal untuk pembelajaran terdiferensiasi. Kepala Sekolah SMPN 05 Boyolali, Rr. Binarni Rahayu, terus memotivasi guru-guru dalam memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar (PMM) untuk belajar dan menggali ilmu agar dapat melayani siswa lebih baik lagi. Salah satu guru dari sekolah tersebut, Nurul Khusna Nugraheni, S.Pd., mengatakan bahwa Kurikulum Merdeka membuat guru bebas dalam berkreativitas sehingga pembelajaran di kelas membuat menjadi lebih menyenangkan dan siswa lebih kreatif. Diharapkan dengan langkah awal yang dilakukan oleh para guru dapat menciptakan pembelajaran yang kreatif, interaktif, menyenangkan dan terdiferensiasi.